Minggu, 26 Juni 2011

Bagaimana Membuat Foto Bokeh yang Creamy

226227988_2ba6109df8.jpg

Salah satu perbedaan utama antara indera mata dan lensa kamera anda adalah bahwa mata memiliki depth of field (DOF) hampir tanpa batas sementara lensa terbatas, ini membawa konsekuensi bahwa bidang fokus lensa tidaklah seluas mata. Dan fotografer terdahulu telah memutuskan untuk justru memanfaatkan kelemahan ini menjadi senjata. Lahirlah apa yang kemudian disebut bokeh.

Bokeh aslinya adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti ‘menjadi kabur’, jadi foto bokeh adalah karakteristik foto yang menonjolkan sebuah oyek utama yang fokusnya sangat tajam sementara latar belakang (dan atau depan) yang sangat kabur, atau dalam bahasa Inggris selective focusing. Dalam contoh foto cantik diatas (karya Sektor Dua), obyek utama muka model amatlah tajam, namun latarbelakang pintu menjadi tampak amat kabur (blur). Nah, sifat kabur inilah yang disebut bokeh. Bagaimana caranya supaya kita bisa menghasilkan foto bokeh yang seperti ini. Berikut yang bisa anda lakukan:

  1. Pilih mode manual atau Aperture Priority – baca lebih jauh tentang mode operasi kamera disini
  2. Pilih setting aperture sebesar mungkin.
  3. Lihat tulisan f/x di lensa anda, semakin kecil x, semakin besar aperture dan semakin sempit bidang fokusnya

  4. Pikirkan tentang faktor jarak, yakni jarak didepan dan dibelakang bidang obyek.
  5. screenshot-001.jpg

    Misalnya anda berdiri 1 meter didepan teman (jarak depan = 1 meter) dan anda menjatuhkan titik fokus lensa pada mukanya. Teman anda berdiri sekitar 10 meter dari background terdekat (jarak belakang = 10 meter), maka background ini akan terlihat sangat kabur. Intinya, semakin kecil jarak depan (jarak antara lensa dan obyek) dan semakin besar jarak belakang (jarak antara obyek dan background) semakin kabur backgorund anda.

  6. Banyak berlatih dan usahakan anda membeli lensa dengan kemampuan aperture sebesar mungkin.
  7. Tip: Jika anda memang menyukai bokeh, lensa non-zoom dengan aperture super besar adalah cara tercepat mendapat bokeh (misal: 85mm f/1.8 & 50mm f/1.8, dua lensa ini adalah lensa super cepat dan super murah juga penghasil bokeh yang luar biasa)

    sumber : http://belajarfotografi.com

Read More..

8 Tips Memotret Pannin

8 Tips Memotet Panning

Panning adalah memotret dengan menggerakkan kamera searah dengan arah gerakan obyek yang ingin dibidik sehingga obyek akan tampak fokus sementara background tampak kabur. Jangan takut hanya karena ada kata ‘teknik’ diatas, berikut beberapa langkah praktis melakukan panning:

sms
credit: Pixel Addict
  1. Jangan gunakan tripod, untuk mengikuti arah gerakan obyek kamera harus bisa bergerak luwes
  2. Set kamera pada mode Shutter Priority (S atau Tv)
  3. Shutter speed yang digunakan untuk panning adalah antara 1/30 sampai dengan 1/8, jadi set kamera diantara angka tersebut
  4. Cari obyek bergerak yang akan dipanning (tips: pilihlah background yang berwarna-warni untuk panning sehingga hasil blur dari background makin menarik)
  5. Arahkan kamera mengikuti obyek yang bergerak dan pencet separuh tombol release untuk mengambil fokus.
  6. Usahakan tangan bergerak selembut mungkin, gerakan kejut yang mendadak bisa mengakibatkan hasil foto yang tidak menarik
  7. Saat tangan kita sudah ‘seirama’ dengan gerakan obyek, pencet tombol release untuk mengambil eksposur
  8. Makin banyak berlatih, tangan dan mata kita akan semakin terasah!
Read More..

20 Tips Singkat Fotografi

3972786964_36956b5a00.jpg

Berikut 20 tips singkat fotografi untuk anda menambah informasi dan kemampuan fotografi anda, saya yakin beberapa sudah pernah dilakukan tetapi semoga beberapa lainnya merupakan informasi baru. Klik tanda ¶ (jika ada) disebelah kanan masing-masing tip untuk melihat informasi yang lebih detail. Silahkan:


  1. Untuk melatih kemampuan panning anda, potretlah benda yang sedang bergerak dengan kecepatan normal (orang naik motor misalnya), gunakan mode shutter priority dan set shutter speed maksimal 1/30 detik, lebih lambat lebih baik. Perhatikan background anda!
  2. Untuk memotret makro (jarak super dekat), aktifkan fitur Live View kamera digital anda agar lebih mudah memeriksa depht of field dan fokus.
  3. Filter CPL (polarisasi) sangat berguna untuk menghilangkan pantulan sinar matahari di air dan kaca, dan juga berfungsi memperbaiki warna langit. Pernahkah anda mengenakan kacamata hitam dengan polariser?
  4. Saat memotret bayi/anak-anak, pastikan anda memusatkan perhatian ke mata. Tak ada yang bisa mengalahkan keindahan mata anak-anak.
  5. Megapiksel bukanlah fitur terpenting dari sebuah kamera, ukuran sensorlah fitur yang paling penting
  6. Untuk foto portait (wajah) di luar ruangan, usahakan ketika cuaca sedang mendung. Kalaupun tidak, carilah daerah yang redup dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sinar matahari membuat bayangan yang keras di wajah.
  7. Ketika anda memotret di kondisi minim cahaya dan kesusahan menggunakan autofokus, gantilah dengan manual fokus. Fitur autofokus dikamera biasanya cukup lama mencari titik fokus di kondisi remang-remang.
  8. Untuk foto siluet, pastikan anda matikan flash serta gunakan mode sunset (untuk kamera pocket), untuk SLR gunakan mode manual dan ukurlah eksposur di area terang di belakang obyek.
  9. Download-lah buku manual versi pdf untuk kamera anda, sehingga anda mudah melakukan pencarian secara cepat untuk kata yang ingin anda ketahui dibanding harus membolak-balik halaman kertas.
  10. Sebelum berangkat memotret, periksa kembali setting kamera anda, jangan sampai anda mneggunakan setting yang salah (memotret landscape dengan ISO 1000 misalnya). Menurut para fotografer pro, urutan pengecekan yang baik adalah berikut: cek White Balance – aktifkan fitur Highlight warning – cek settingan ISO – cek ukuran Resolusi foto anda.
  11. Formatlah memory card hanya di kamera, jangan pernah memformat memory card dikomputer. Selain jauh lebih cepat dan mudah juga jauh lebih aman jika anda melakukannya di kamera.
  12. Jika anda memiliki kapasitas hard disk berlebih di komputer serta suka melakukan foto editing, gunakan format RAW saat memotret, jika tidak cukup gunakan JPG.
  13. Jika anda benar-benar menyukai fotografi landscape, fotolah di jam-jam berikut: dari jam 5 sampai jam 8 pagi, serta dari jam 4 sampai jam 7 sore.
  14. Ketika memotret, lihatlah area paling terang yang masuk ke viewfinder anda. Kalau terangnya terlalu mencolok dibanding area lain, gantilah sudut pemotretan.
  15. Untuk memotret HDR, gunakan mode auto bracket. Satu lagi: untuk foto HDR landscape yang dahsyat, tunggulah sampai muncul mendung sedikit, lalu mulailah memotret.
  16. Jika anda membeli lensa atau kamera bekas, pastikan anda melakukan transaksi dengan bertemu penjualnya secara langsung. Anda harus menguji barangnya, memegang dan mencobanya
  17. Sepanjang memungkinkan, gunakan settingan ISO serendah mungkin. Meskipun noise reduction bisa mengurangi noise yang dihasilkan oleh ISO yang tinggi, namun akan mengurangi detail foto secara keseluruhan.
  18. Kalau warna membuat foto anda terlalu “sibuk” dan ramai, ubahlah foto anda menjadi foto hitam putih
  19. Untuk menghasilkan foto hitam putih yang bagus, perhatikan kontras dalam foto anda. Semakin banyak kontras (area gelap dan terang yang beragam), semakin bagus foto hitam putih anda.
  20. Bawalah kamera kemanapun anda pergi, cara paling cepat meningkatkan kemampuan fotografi anda adalah dengan memperbanyak jam terbang, tidak ada yang lebih baik.
sumber : http://belajarfotografi.com Read More..

7 Aksesoris Penting Untuk Kamera SLR Anda

Oke, jadi anda sekarang telah memiliki kamera SLR baru, menenteng-nenteng SLR kemanapun anda pergi dan memotret beragam obyek, dari wajah orang-orang disekitaran sampai bakso langganan. Kemudian meng-upload foto anda ke komunitas online lalu mendapat komentar dari sesama pe-hobi fotografi (baik komentar menyemangati maupun menjatuhkan).

Seiring dengan jam terbang yang meningkat, cepat atau lambat anda akan mulai berpikir untuk menambah pernak-pernik yang berhubungan dengan sistem SLR yang anda miliki. Namanya juga pernak – pernik, pilihan yang tersedia hampir tidak terbatas dan membuat kita mudah terseret dan kehilangan prioritas.

Jadi, sebenarnya aksesoris apa saja sih yang paling berguna (dan juga paling populer) bagi pemilik SLR? berikut saya pilihkan 7 jenis untuk anda:

Tas Kamera

Tersedia beragam jenis tas kamera di pasaran, tinggal pilih yang sesuai selera: dari backpack, ikat pinggang, sling-slide (menyamping) sampai yang mirip koper. Yang jelas tas kamera disini berfungsi agar kita bisa menyimpan kamera dan lensa yang kita miliki selama bepergian secara aman. Tidak jatuh, aman dari benturan dan aman dari air.

Kit Pembersih

Untuk menjaga kondisi eksterior lensa dan kamera agar selalu bersih, anda memerlukan lap mikrofiber dan cairan pembersih khusus. Terutama untuk lensa, sebisa mungkin anda melindungi lensa dengan filter UV (lihat filter dibawah), biasanya untuk lensa cukup gunakan blower. Kit pembersih bisa dibeli di toko-toko kamera.

Saya tidak menyarankan anda membersihkan bagian interior kamera (apalagi sensor), serahkan saja pada ahlinya: biasanya toko kamera menyediakan layanan sensor cleaning. Toh kebanyakan SLR sekarang memiliki fasilitas self-cleaning yang cukup handal untuk menyapu debu dari sensor.

Tripod

Tripod, monopod, gorillapod, apapun fungsinya adalah membantu anda menghasilkan foto yang tajam saat mengambil ekspore long shutter. Dibandingkan jenis lainnya, tripod masih tetap paling populer, karena relatif lebih handal dan tangguh.

Pastikan anda membeli tripod dengan kemampuan menahan beban yang cukup, kaki-kakinya cukup gampang di perpanjang (dan diperpendek), memiliki mekanisme pemasangan dan pelepasan kamera yang enak serta memiliki kepala dengan gerakan yang fleksibel (saya sarankan jenis ball head).

Flash Eksternal

Flash ekternal akan secara drastis meningkatkan kualitas foto anda jika dibandingkan sewaktu anda menggunakan flash bawaan yang melekat di kamera SLR. Memiliki power yang jauh lebih besar, kemampuan kontrol yang jauh lebih fleksibel, dan kita bisa mengatur arah pencahayaan yang jatuh ke obyek secara lebih mudah.

dedicated

Dengan flash eksternal anda akan bisa menghasilkan pencahayaan yang jauh lebih lembut, rata dan cerah dibandingkan kalau menggunakan flash bawaan.

Filter

Filter adalah aksesoris yang cukup esensial bagi sistem SLR. Dari beragam jenis filter, ada 3 jenis yang layak anda pertimbangkan untuk dibeli:

  • Filter Proteksi (Filter UV atau Netral) – fungsi nyatanya adalah melindungi lensa anda, filter ini relatif murah sehingga anda akan ‘ikhlas’ menjadikannya sebagai bemper yang dipasang didepan lensa. Biarkan filter yang bersentuhan dengan udara kotor-tangan-cipratan air, dan bukan lensa yang harganya bisa berlipat-lipat lebih mahal.
  • Filter Polarisasi – mengubah langit sehingga terlihat lebih ‘dalam’, menghilangkan refleksi di air (atau kaca), agar pepohonan tampak lebih hijau. Gampangnya ini adalah ibarat kacamata hitam bagi lensa anda.
  • Filter ND (Neutral density) dan Grad-ND – mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke kamera anda. Jika anda ingin menghasilkan foto air terjun yang tampak seperti kapas (shutter panjang) sementara hari masih terlalu siang, maka anda akan memerlukan Filter ND supaya cahaya bisa dikurangi. Sementara filter ND Gradasi (Grad-ND) berfungsi seperti ND dengan tingkat penggelapan yang bersifat gradasi (bagian atas lebih gelap dan semakin ke bawah semakin terang). Grad-ND sangat berguna saat anda akan memotret landscape yang melibatkan langit, karena beda terang yang sangat mencolok antara langit dan tanah.grad-ND

Shutter Release

Selain tripod, aksesoris tambahan yang akan meningkatkan ketajaman hasil foto anda adalah shutter release. Dengan shutter release, kita tidak perlu memencet tombol shutter di kamera, cukup gunakan shutter release sehingga anda bisa mengaktifkan shutter dari jauh. Ya, fungsinya mirip remote control TV anda. Shutter release tersedia dalam 2 pilihan: kabel dan wireless.

Verikal Grip (VG)

VG

Jika anda mulai lebih intensif memotret sementara kamera anda belum memiliki fitur pegangan vertikal dari sononya, belilah vertikal grip tambahan. Selain sangat membantu saat memotret dalam orientasi portrait (vertikal), VG juga berfungsi sebagai batere cadangan, sehingga tidak perlu khawatir kehabisan batere saat asyik menjepret.

Anda punya tambahan informasi lain? Silahkan masukkan di komentar.

Read More..

Minggu, 19 Juni 2011

Review singkat kamera DSLR Nikon D3100

Inilah review singkat dari saya untuk kamera DSLR Nikon paling populer di kelas pemula, yaitu D3100 yang awalnya diperkenalkan bulan Agustus 2010 lalu. Produk yang kini sudah berada di harga terbaiknya ini (sekitar 5,5 juta termasuk lensa kit 18-55mm VR) merupakan penyempurna produk DSLR pemula sebelumnya sejak era D40, D60 hingga D3000. Kali ini saya berkesempatan untuk mencoba sebentar kamera ini dan ada baiknya saya buatkan sebuah review singkat untuk berbagi kepada anda.

D3100 merupakan hasil evolusi panjang dari Nikon dalam mewujudkan DSLR pemula yang paling mendekati ideal. Sejak suksesnya D40 di tahun 2007, Nikon agak malas untuk membuat kejutan dan cenderung melanjutkan D40 dengan produk yang hampir mirip, yaitu D40x dan D60. Bahkan saat D3000 diperkenalkan, Nikon tidak mau memberikan fitur live view apalagi movie mode. D3000 hanya memberi kejutan dengan menanamkan modul AF dengan 11 titik (seperti D5000) dan fitur 3D tracking AF, serta layar LCD sedikit lebih lega. Cukup? Tentu tidak. Bahkan hadirnya D3000 seperti mengulang kisah pilu D60 yang dianggap gagal dan berhasil meraih predikat DSLR Nikon terburuk versi Ken Rockwell. Sadar akan hal ini, Nikon akhirnya meluncurkan D3100 dengan berbagai perubahan penting seperti :

  • memberi fitur live view dan full HD movie
  • merubah sensor dari CCD ke CMOS
  • menaikkan resolusi dari 10 MP ke 14 MP
  • menaikkan ISO maksimal dari 1600 ke 3200
  • menambahkan tuas drive mode yang bermanfaat (termasuk Quiet Shutter Release)
  • memakai prosesor Expeed generasi kedua

Nikon tetap mempertahankan segala hal baik yang ada di D3000 seperti 11 titik AF dan adanya Guide Mode untuk membantu pemula memakai kamera dan mendapatkan hasil yang baik. Secara dimensi dan bentuk bodi kameranya pun D3100 masih relatif sama dengan D3000 hingga D40 yang termasuk kecil dan ringan. Sebelum mengupas lebih jauh, berikut saya sajikan dulu spesifikasi lengkap D3100 :

  • sensor CMOS 14 MP (23.2 x 15.5 mm)
  • live View
  • Continuous AF pada video mode/live view
  • LCD 3 inci resolusi 230k piksel
  • ISO 100 – 3200, plus Hi-1 (setara ISO 6400) dan Hi-2 (setara ISO 12800)
  • flash sync 1/200 detik
  • 11 titik AF (modul multi CAM 1000)
  • 420-pixel RGB 3D Color Matrix II metering sensor
  • HD Video 1920 x 1080p 24 fps dan 1280 x 720p 30 fps/24 fps
  • AVCHD video codec (H.264), HDMI out
  • EXPEED2 processor
  • pengguna bisa merubah dan menyimpan profil gambar
  • video editing didalam kamera
  • burst 3 fps
  • GPS port

Sekilas pandang D3100

Inilah Nikon D3100 tampak depan dengan lensa yang dilepas. Seperti halnya semua kamera DSLR Nikon, dudukan lensa dari kamera ini bertipe F-mount yang artinya semua lensa Nikon dari jaman 50 tahun yang lalu bisa dipasang di D3100 ini. Tapi nanti dulu, meski begitu tidak demikian halnya dengan urusan auto fokus karena seperti tampak pada gambar di atas, tidak ada screw drive (obeng) yang menonjol pada mount lensa yang berguna untuk memutar fokus lensa Nikon lama. Ini disebabkan karena Nikon tidak lagi menyediakan motor fokus di bodi kamera tertentu sehingga untuk bisa auto fokus perlu lensa berkode AF-S yang sudah punya motor sendiri di dalamnya.
Bila ditinjau dari belakang, layar LCD berukuran 3 inci tampak mendominasi meski tata letak tombol yang ada masih proporsional. Seperti layaknya DSLR pemula lainnya, Nikon hanya menyediakan satu roda putar saja di bagian belakang untuk merubah nilai shutter, aperture dan lain sebagainya. Namun dari sekian tombol di belakang kamera ini, ada sebuah perbedaan yang khas hanya dimiliki oleh D3100 saja (meski akhirnya dipakai juga di D7000) yaitu lever / tuas untuk live view. Tuas ini memakai pegas jadi bila digeser ke kanan dengan jempol dia akan berbalik lagi ke kiri. Menggeser tuas ini menjadi satu-satunya cara untuk memasuki mode live view dan selanjutnya bila ingin merekam video tekan saja tombol yang berwarna merah yang berada di tengah tuas live view ini. Pada mode live view cermin akan terangkat dan layar LCD akan menampilkan gambar persis seperti memakai kamera non DSLR. Mode live view akan berakhir bila tidak ada aktivitas dalam 30 detik, atau kita masuk ke menu playback atau tuas live view digeser lagi. Di samping kanan tuas live view terdapat sedikit lapisan karet yang menjadi tumpuan jempol sehingga lebih mantap saat menggenggam kamera ini dengan memakai satu tangan.
D3100 lagi-lagi membuat terobosan bermanfaat dengan memberikan tuas drive mode seperti tampak pada gambar di atas. Drive mode selektor ini berguna untuk menentukan apakah kita ingin memakai single shot (S), continuous shot (3 gambar per detik), self timer atau Quiet Shutter (bunyi jepretan agak lebih pelan). Nikon menempatkan tuas ini dengan cerdas di sisi sebelah kanan mode dial sehingga mudah diakses memakai jari telunjuk tangan kanan.
Pada sisi kiri bodi kamera D3100 terdapat penutup karet yang bila dibuka akan menampakkan berbagai port seperti GPS unit, HDMI, USB dan AV. Adanya port GPS dan HDMI tergolong baru di D3100 ini yang mana patut diacungi jempol. Dengan memasang penerima GPS tambahan, foto yang diambil bisa dilengkapi dengan informasi koordinat lintang dan bujur atau istilah kerennya adalah geotagging.
Di sebelah kiri layar berderet lima tombol yang bisa diakses memakai jempol tangan kiri, yaitu playback (untuk melihat hasil foto), MENU (untuk masuk ke semua pengaturan kamera), zoom (zoom disini maksudnya untuk melihat lebih dekat hasil foto yang telah diambil) dan INFO (juga berfungsi untuk masuk ke menu cepat). Di sisi bagian kiri depan (dekat lensa) terdapat dua tombol lagi yaitu untuk membuka lampu kilat dan tombol Fn. Melalui menu, tombol Fn ini bisa difungsikan untuk bermacam pengaturan seperti ISO maupun WB.

Menu dan tampilan layar

Pada mode dial D3100 terdapat pilihan mode eksposur Program (P), Aperture Priority (A), Shutter Priority (S) dan Manual (M). Selain itu terdapat juga mode Auto dan berbagai scene mode seperti potret, pemandangan dan sebagainya. Namun yang unik D3100 juga menyediakan Guide Mode untuk membantu pemula (itulah mengapa kamera ini dibilang cocok untuk pemula) yang memberikan panduan dan pilihan untuk mendapat hasil foto yang diinginkan.
Kita tinjau tampilan Guide Mode dan menu lainnya yang tampak di layar LCD berukuran 3 inci ini.
Guide Mode diawali dengan tiga opsi dasar yaitu apakah kita ingin memotret, melihat hasil foto atau mengatur parameter.
Sebagai contoh bila sudah masuk ke menu Shoot, lalu memilih Advanced operation akan nampak berbagai opsi seperti gambar di atas. Berbagai kebutuhan yang sering dijumpai sudah disediakan di opsi ini seperti membuat latar menjadi blur, membekukan gerakan dan sebagainya. Untuk memilih gunakan tombol kendali 4 arah lalu dengan menekan tombol kanan akan masuk ke penjelasan lebih lengkap seperti gambar di bawah.
Meski informatif, Guide Mode ini sebenarnya bisa diabaikan karena D3100 sudah memberikan berbagai pangaturan eksposur dan dengan sedikit berlatih maka cukup dengan memakai mode P, A, S atau M kita bisa mendapat hasil yang optimal.
Tampilan LCD secara default khas Nikon akan tampak seperti gambar di atas. Terdapat berbagai pengaturan kamera, informasi shutter dan aperture, indikator titik AF dan ilustrasi bukaan diafragma.
Yang cukup istimewa dari D3100 adalah kebebasan untuk mengatur Picture Control seperti gambar di atas. Terdapat berbagai style yang sudah diatur dari pabrik seperti Standard, Neutral, Vivid dan sebagainya. Bila mau, setiap style bisa diatur lagi parameternya seperti ketajaman, kontras, kecerahan dan saturasi warna. Dengan demikian maka setiap pemilik kamera D3100 bisa menyimpan style yang berbeda sesuai selera.
Salah satu fitur yang berguna adalah pengaturan Auto ISO yang membolehkan kita menentukan berapa ISO maksimal yang diizinkan bila kondisi pencahayaan terlalu minim, lalu berapa kecepatan shutter yang dibatasi sebelum fitur ini mulai bekerja. Fitur ini bila diaktifkan akan tetap aktif dalam mode Manual, sehingga apakah ini akan membantu atau justru mengganggu tentu berbeda-beda bagi setiap orang.
Gambar di atas menunjukkan apa yang akan tampil di layar LCD saat masuk ke mode live view. Secara umum tampilan di layar cukup jelas, cerah dan natural dengan berbagai indikator memeriahkan tampilan layar. Bila indikator ini mengganggu, cukup tekan tombol INFO dan layar akan jadi bersih dari berbagai kode dan angka. Tekan INFO sekali lagi akan memunculkan grid untuk membantu komposisi. Sayangnya tidak ada tampilan live histogram saat live view di D3100.
Berbeda saat dalam mode playback, dimana histogram bisa dimunculkan bahkan bila ingin histogram RGB pun bisa diatur di menu. Contoh gambar di atas menunjukkan kamera dalam mode playback dengan berderet tampilan informasi seperti eksposur, fokal lensa, tanggal dan jam serta resolusi foto.

Kinerja secara umum

Meski tergolong murah dan ditujukan untuk pemula, D3100 bukan kamera murahan. Kinerja kamera ini cukup cepat, mulai dari dihidupkan hingga siap mengambil gambar, shutter lag, shot to shot semuanya terasa cepat. Kalaupun ada yang membuat lama itu kalau kita mengatur fitur pengurang debu diaktifkan saat kamera dinyalakan. Dengan demikian saat kamera dinyalakan sensor akan sejenak dibersihkan dulu dan itu bisa membuat kita kehilangan momen bila ada kejadian tak terduga.
Kemampuan auto fokus D3100 sangat baik, dengan fleksibilitas tinggi berkat 11 titik AF yang bisa dipilih secara manual atau otomatis. D3100 juga bisa mengenali obyek dari warnanya sehingga bisa mengikuti gerakan si obyek dan tetap menjaga fokus terbaiknya, meski obyek ini bergerak ke kiri kanan atau ke depan belakang, berkat adanya fitur 3D tracking AF. Namun saat mode live view, kemampuan auto fokus D3100 melambat karena berlaih memakai metoda deteksi kontras sehingga agak lambat dalam mencari dan mengunci fokus. Namun di mode live view terdapat fitur pendeteksi wajah yang bisa mengoptimalkan fokus pada wajah manusia yang dikuncinya.
Kualitas rekam video dari D3100 sudah tergolong baik dengan kemampuan resolusi maksimal video adalah 1920 x 1080 piksel 24 fps yang dikompresi memakai MPEG-4 H.264 dengan durasi maksimal 10 menit. D3100 menjadi DSLR pertama di dunia yang bisa auto fokus dan continuous focus saat merekam video. Tapi dalam pelaksanaannya fitur ini justru membuat fokus menjadi lari dan suara fokus cukup terdengar jelas saat video diputar ulang. Untuk itu fitur ini perlu didukung oleh lensa dengan motor fokus berkualitas tinggi.
Kekurangan dari D3100 yang paling nyata adalah tidak adanya fitur bracketing yang tampak konyol bila absen diantara sederet kecanggihan yang dimilikinya. Bracketing akan mengambil tiga foto sekaligus dengan perbedaan eksposur, berguna bila kita memotret obyek dengan kontras tinggi dan ingin memilih satu foto dengan eksposur terbaik. Bracketing juga diperlukan untuk menggabungkan foto di olah digital HDR.

Hasil foto

Hasil foto menjadi hal utama yang ingin diketahui banyak orang saat membaca sebuah review. Namun dengan menyesal saya tidak banyak bisa bicara soal kualitas hasil foto dari D3100. Itulah mengapa saya mengatakan ini adalah review singkat saja. Alasan pertama adalah karena saya tidak punya banyak waktu untuk mencoba berbagai lokasi untuk menguji hasil fotonya, termasuk di berbagai nilai ISO. Alasan kedua adalah karena saya yakin DSLR modern sudah memiliki hasil foto yang sama baiknya, mengingat ukuran sensor APS-C sudah punya semacam standar kualitas dengan noise yang masih bisa diterima sampai dengan ISO 1600. Apalagi D3100 sudah dilengkapi dengan fitur Active D-Lighting (ADL) untuk menaikkan dynamic range di kondisi kontras tinggi.
Untuk itu saya hanya contohkan satu foto siang hari diambil di halaman rumah dan satu foto diambil saat senja hari.
Contoh foto siang hari (klik untuk ukuran aslinya) :
Contoh foto saat senja / low light (klik untuk ukuran aslinya) :

Kesimpulan

Tidak sulit membuat kesimpulan dari review ini. D3100 dengan mudah saya nobatkan sebagai DSLR terbaik yang pernah dibuat oleh Nikon di kelas pemula. Meski tidak sempurna, D3100 sudah memenuhi harapan semua pemula dengan kombinasi harga, fitur, kinerja, hasil dan ukuran yang sangat berimbang. Kemampuan video di D3100 sebenarnya cuma bonus saja, tapi bonus yang spesial karena sudah mendukung full HD 1080p. Meski tidak secanggih DSLR lain yang lebih mahal, D3100 bisa memberi hasil foto yang sama baiknya berkat sensor beresolusi 14 MP dan fitur ADL. Untuk hasil foto lebih baik D3100 bisa dipasangkan dengan lensa mahal maupun lampu kilat eksternal. Kekurangan D3100 masih dalam batas bisa diterima seperti resolusi LCD yang kurang tajam untuk generasi kamera tahun 2010. Lupakan kamera ini bila anda tidak puas dengan kinerja burst 3 fps, atau sangat perlu fitur bracketing atau punya banyak lensa Nikon lama berkode AF atau AF-D. Tapi bila anda baru pertama ingin memiliki kamera DSLR dan anggaran terbatas, namun tidak ingin salah dalam menjatuhkan pilihan, saya yakin D3100 akan membuat anda merasa puas.
Read More..

Rabu, 08 Juni 2011

Woooow This is amazing....

Spy Lens
Spoiler for pic:

lensa mata-mata super-rahasia berubah 360 derajat untuk membiarkan Anda mengambil gambar candid 90 derajat ke segala arah. Cocok untuk memotret orang-orang yang malu didepan kamera.
Quote:
Canon 5D Mark II Flash Drive
Spoiler for pic:

USB flashdisk unik berbentuk mirip dengan Canon EOS 5D Mark II camera.

Quote:
Double Strap
Spoiler for pic:

Solusi yang pas untuk orang yang membawa 2 kamera. Ergonomi dan ramping.
Quote:
Level Camera Cube
Spoiler for pic:

alat ini membantu level ketajaman kamera.
Quote:
Canon Lens Thermos
Spoiler for pic:

Termos unik dan keren di desain berbentuk 70-200mm Canon Zoom lens.
Quote:
Cloak Bag
Spoiler for pic:

tas kamere ini tidak seperti tas kamera seperti biasanya. karena tas kamera ini bisa tetap dipakai walau kameranya sedang digunakan.
Quote:
Bike Helmet Camera Mount
Spoiler for pic:

Standar tripod mount dengan cepat merilis melalui tuas slide-out yntuk memotong pada helm Anda.
Quote:
Bottle Cap Tripod
Spoiler for pic:

portable tripod mounts yang keren yang dapat ditaruh di atas tutup botol minuman.
Quote:
Photoshop Photo Frame
Spoiler for pic:

Bingkai foto photoshop analog pertama di dunia di desain oleh Irina Blok.
Quote:
Canon Lens Coffee Mug
Spoiler for pic:

anda juga harus punya mug kopi cannon kalau anda benar-benar pecinta kamera.

Read More..

Sejarah Fotography

Meskipun manusia sudah menggunakan-patung dan lukisan selama beribu-ribu tahun untuk mengungkap santiran dari apa yang dili­hatnya, namun gagasan untuk melihat ini secara mekanis baru dimulai pada Abad ke-18, ketika para ilmu­wan menjadi tertarik oleh peranti kuno setengah-ilmiah yang dike­nal sebagai kamera obskura. Ini adalah sebuah ruangan kecil, gelap kecuali adanya cahaya yang masuk melalui lensa di dalam sebuah lubang kecil di satu dinding. Orang-orang di dalam ruangan melihat pemandangan dari alam yang disinari matahari di luar, yang dipro­yeksikan di dinding yang berhadapan. Tetapi santiran ini sebentar saja; sewaktu cahaya di luar mengabur, santiran itu menghilang.

Usaha untuk menangkap dan mempertahankan santiran-santiran inilah yang menghasilkan fotografi. Eksperimen-eksperimen perta­ma dibuat dengan pelat-pelat logam yang dilapisi dengan berbagai macam larutan perak. Zat kimia ini mengurai perlahan-lahan bila terkena cahaya. Kalau pelat yang disiapkan secara demikian tadi diletakkan dalam kotak gelap (kamera obskura bentuk kecil) dan dipasang di depan sebuah pemandangan atau di depan suatu benda, perlahan-lahan bentuk remang-remang benda itu akan muncul pa­da pelat. Dari awal yang masih mentah inilah datangnya serentetan perbaikan dalam fotoreseptor, dalam zat kimia dan dalam kamera; beberapa di antara hal-hal penting ini dilukiskan oleh fotografi ku­no bersejarah yang ditunjukkan pada halaman-halaman berikut.

Kamera Obscura

Kamera Obscura

FOTO PERTAMA

image005.jpgFoto pertama di dunia dibuat dalam tahun 1826 oleh Joseph Nicephore Niepce dari sebuah jendela di rumah perkebunannya di Peran­cis. Untuk “film” Niepce menggunakan lem­pengan campuran timah yang dipekakan dan ia mendapat gambaran kabur dari puncak­-puncak atap yang digambarkan di atas. Foto ini biasanya diperbaiki supaya jelas teta­pi versi yang seperti inilah wujud sebenarnya.

Di bawah ini merupakan hasil pemotretan yang telah diperbaiki. Image of a Set Table ini dibuat Niepce tahun 1827

image007.jpg

PENCAHAYAAN JANGKA LAMA

Pelat tembaga berlapis perak yang dengan ­perak jodida merekam santiran sebuah jalan di Paris. Dalam daguerreotipe buatan ­L.J.M. Daguerre pada tahun 1839 ini terdapat orang pertama yang pernah difoto – seseorang yang sedang menyuruh agar sepatunya dibersihkan (kanan depan). Jalan itu sedang sibuk tetapi hanya orang ini yang cukup lama di tempat, sehingga terlihat sela­ma pencahayaan dengan waktu lima menit.

image009.jpg

Eksperimen Penting pada Tembaga

Usaha pertama yang berhasil dalam menang­kap santiran penglihatan dilakukan di Peran­cis dalam tahun 1830 oleh Nicephore Niep­ce, seorang penemu, dan Louis J.M. Daguer­re, seorang perancang panggung. Sebenarnya Niepcelah orang yang berkehormatan mem­buat foto pertama di dunia. Tetapi Daguerre adalah orang yang memulai foto­grafi dengan cara mengenakan uap air raksa pada pelat tembaga peka untuk memuncul­kan santiran yang jauh lebih tajam daripada yang pernah dapat dibuat orang sebelum­nya. Meskipun tidak ada kopi yang dapat di­buat dari gambar itu, daguerreotipe sangat­lah menguntungkan dan menjadikan pene­munya kaya.

image011.jpgDAGUERRE DALAM DAGUERREOTIPE

Film Pertama dari Kertas

Pada waktu yang sama seorang Inggris, Fox Talbot, sedang membuat “film” temuannya berupa kertas berlapis perak klo­rida. Hasilnya adalah negatif kertas yang da­pat mereproduksi banyak cetakan dengan menekankannya pada kertas peka dan mem­biarkannya tertembus oleh cahaya matahari.

image013.jpg

Dalam foto yang dibuat pada tahun 1845 ini Fox Talbot di muka studio laboratoriumnya memamerkan keampuhan proses kertas penemuannya ini dapat (dari kiri) menurun lukisan, memotret orang duduk, mencetak pelat pada rak dalam cahaya matahari dan memtoto patung.

Hasil Lebih Baik dengan Kaca Basah

Daguerreotipe dan negatif kertas Talbot di­lupakan orang menjelang tahun 1860 setelah diperkenalkannya film dari pelat kaca yang diolah secara kimia. Kaca merupakan dasar yang baik sekali untuk emulsi kimia peka se­bab benar-benar tembus pandang dan tidak menghalangi lewatnya cahaya, sehingga me­mungkinkan cetakan yang terang dan tajam. Masalah melekatkan emulsi ke kaca dipecah­kan oleh seorang Inggris, Scott Archer, tahun 1851. la menggunakan zat cair leng­ket yang disebut kolodium. Pelat basahnya harus disiapkan, disinari dan dicuci di tem­pat, sebelum emulsi pekanya mengering. Pro­ses ini repot, tetapi cukup baik sehingga pa­ra pemotret bersemangat untuk membawa perlengkapan yang berat ke seluruh penjuru dunia. Dua orang pelopor semacam itu ada­lah William H. Jackson, yang memotret Dae­rah Barat Amerika, dan seorang Inggris, Ro­ger Fenton, pemotret perang zaman dahulu.

image015.jpgJACKSON BERAKSI

Di puncak Glacier Point, di tempat yang se­karang menjadi Taman Nasional Yosemite, Kalifornia, Jackson menyetel kamera pelat basahnya untuk memotret pemandangan alam. Antara tahun 1866 dan 1879 dia me­ngembara di Daerah Barat Amerika,dan mem­buat ribuan foto. Foto-foto nya sangat tenar dan jepretan pemandangannya berpengaruh membujuk Konggres A.S. untuk membuat taman-taman nasional di seluruh Amerika

BENGKEL YANG MUDAH DIBAWA

image017.jpg

Di Daerah Barat Amerika, William H. Jack­son bekerja dengan pelat-pelat basah dalam ruang gelap, sebuah tenda di dekat jalan ke­reta rel di Utah. Ia memotret awak kereta rel sebagai imbalan tumpangan cuma-cuma.

ALAT-ALAT UNTUK PELAT BASAH

image019.jpg

Alat-alat inilah yang dibutuhkan untuk mem­buat gambar pada pelat basah. Pelat kaca di­jepit (kiri) untuk dibersihkan dan digilap­kan. Kolodium yang lengket dituangkan pa­da kaca, yang lalu dicelupkan dalam bak pe­lat (tengoh), tempat pelat mendapat lapisan larutan perak nitrat. Pelat diletakkan dalam suatu wadah (depon) sehingga dapat disisip­kan dalam kamera (belohang, kanan) tanpa menyentuhkan permukaan Iengketnya pada sesuatu.Sesudah pencahayaan,sebuah gagang pistol (kanan) digunakan untuk merendam pelat itu dalam cairan pencuci. Berat semua peralatan ini dapat mcncapai 50 kilogram.

PEMOTRET PERANG KRIM

image021.jpg

Roger Fenton adalah seorang pengacara lng­gris yang dengan pembantunya mem­bawa laboratorium-foto-keliling ini ke Seme­nanjung Krim dalam tahun 1855. Dalam ke­retanya, Fenton menyimpan lima kamera, 700 pelat kaca, dan berpeti-peti zat kimia, juga tenda tidur, dan makanan. Ia menjela­jahi perkemahan dan medan-medan pertem­puran. Dia sering dihentikan oleh pasukan Inggris yang berkeras supaya mereka difoto.

Keajaiban Pelat Kering

Percobaan yang penuh perjuangan gigih de­ngan potret pelat basah berakhir dalam 1876 dengan tibanya pelat kering – kaca persegi seperti sebelumnya, tetapi kali ini emulsi pekanya ditahan oleh lapisan gelatin yang cepat kering. Formula gelatin yang pertama dikernbangkan pada tahun 1871 oleh seorang dokter Inggris, Richard L. Maddox. Kecuali pelat dapat disiapkan sebelumnya, gelatin itu sendiri meningkatkan kepekaan­nya sampai 60 kali lebih cepat daripada pe­lat basah yang dahulu. Sekarang, untuk per­tama kalinya, aksi dapat “dihentikan” de­ngan waktu pencahayaan yang cepat. Pelat baru itu segera rnenimbulkan perubahan dalarn model kamera. Sampai waktu itu, foto dibuat dengan memindahkan tutup lensa dari kamera, sebab pencahayaan diukur ber­detik atau bermenit; dan “film”nya sangat lambat sehingga tidak menangkap bayangan jari pemotret. Sekarang, dengan adanya pe­lat yang lebih cepat, penutup mekanis yang rumit dibutuhkan untuk memasukkan seki­las cahaya melalui lensa. Foto aksi baru yang dramatis segera menyusul. Eadweard Muy­bridge membuat telaah vital tentang loko­mosi, mengurangi pencahayaan sampai seper­sekian detik. Gambar-gambar yang dibuat­nya memungkinkan orang melihat pertama kali bagaimana mereka sebenarnya bergerak.

image023.jpg

FOTO AKSI BERANGKAI

Muybridge membuat telaah gerak dengan beberapa cara. Dalam dua rangkaian di atas ia menyerempakkan pandangan depan dan belakang gadis yang sedang berjalan. Dalam tiga rangkaian bawah ia menggunakan tiga kamera untuk pelbagai pandangan dari seo­rang gadis yang melemparkan sapu tangan­nya. Telaah gerak ini tak ternilai artinya ba­gi seniman dan dokter yang mengajar berja­lan orang cacat. Muybridge mula-mula beker­ja dengan pelat basah. Baru setelah memakai pelat kering yang lebih cepat, ia mengembangkan teknik henti-gerak yang membuatnya tenar – dan terkenal jahat, karena banyak rangkaiannya berupa orang bugil

SEDERETAN LENSA

Sebuah kamera berlensa 12 dirancang oleh Muybridge untuk membuat gambar bertu­rutan yang rumit seperti pada halaman sebe­lah ini. Pemetik menjepret berturutan, ma­sing-masing berselisih sepersekian detik. Apa yang nampak seperti lensa ke-13 (kiri) sebe­narnya adalah lensa pemumpun yang me­ngendalikan pumpun semua lensa lainnya.

image025.jpg

image027.jpg

METODE TIGA-KAMERA MUYBRIDGE

Untuk memotret gadis yang melemparkan saputangan di gambar sebelah, Muybridge membidikkan tiga kamera berlensa 12 -sa­tu dari samping, satu dari sudut depan dan satu lagi dari sudut belakang. Pemetik disin­kronkan sehingga lensa-lensanya bekerja se­rentak. Ketiga gambar di atas ini masing-ma­sing adalah satu gambar yang diambil oleh lensa keempat pada setiap kamera. Terlihat­lah pandangan sekeliling dari gerak gadis itu.

Fotografi bagi Setiap Orang

Penemuan film gulung dan kotak kamera jin­jingan yang mudah dipergunakan membuka bidang fotografi bagi amatir. Seorang berna­ma George Eastman merupakan tenaga inti dalam pembaruan yang mencolok ini. Seba­gai seorang pengusaha pelat kering di Ro­chester, New York, Eastman mulai memper­soalkan mengapa pelat kaca yang mudah pe­cah dan berat tidak dapat diganti dengan se­suatu yang lebih baik. Bukankah kaca ha­nyalah alas emulsi? Mengapa tidak menggu­nakan bahan yang lentur, sesuatu yang da­pat digulung pada suatu torak dan ditaruh dalam kamera sedemikian rupa, sehingga sa­tu rangka setiap kali dapat dicahayai? Dalam tahun 1889, Henry M. Reichenbach, seorang karyawan Eastman sudah menyempurnakan alas emulsi serupa itu, terbuat dari campur­an nitroselulosa dan alkohol kayu. Penemu­an tersebut ternyata sedemikian berhasil se­hingga digunakan di seluruh dunia sampai tahun 1930-an – ketika suatu bahan yang ti­dak begitu mudah terbakar, selulosa asetat, menggantikannya. Sementara itu, Eastman menyempurnakan gulungan film dan kame­ra yang menampungnya – Kodak. Segala se­suatu yang terdapat pada Kodak pertama ini unik, termasuk namanya, yang dikarang oleh Eastman. Kodak yang merupakan keseder­hanaan yang unggul memperpendek proses fotografi menjadi dua langkah mudah: meli­hat benda melalui pengintai dan memijat pe­metik. Kameranya kecil dan enteng; lensa­nya yang berpumpun tetap dapat menang­kap segala sesuatu dengan jelas dalam jarak tiga meter. Film dipasang di pabrik dan sesu­dah 100 kali pemotretan kamera dikirim ke Eastman Company, tempat film itu dicuci, dicetak dan dikembalikan bersama kamera yang sudah diisi lagi. Kodak itu menggem­parkan – berjuta juta dijual di seluruh du­nia: Semboyan Eastman “Anda memencet tombol, selanjutnya serahkan kepada kami”, menjadi pemeo internasional, sehingga bah­kan muncul dalam operet Gilbert dan Sulli­van, Utopia, Unlimited, dalam tahun 1893.

image031.jpg image029.jpg

KODAK PERTAMA

Kodak asli yang mekanisme dalamnya dikeluarkan di atas ini ideal untuk film gulung yang baru ditemukan. Film ini dapat digunakan untuk 100 foto; rangka baru dapat ditempatkan ke posisinya dengan putaran tangan sesudah setiap pencahayaan. Penutup bundar meng­hilangkan pinggir foto yang cenderung menjadi kabur. Di sebelah kanan, George Eastman, di atas kapal, membidikkan penemuan ba­runya sementara seorang kawan memotretnya dengan Kodak lain.

Kodak mengabadikan hampir setiap pemandangan, seperti terlihat dalam foto-foto dari tahun 1890 ini. Wisatawan memperlengkapi dirinya dengan Kodak dan menjepret apa saja sementara penduduk asli memotret wisatawan. Di mana-mana orang menangkap pada film apa yang dilihat matanya.

Mulainya Fotografi Berwarna

Cukup mengejutkan bahwa beberapa karya telah diciptakan berwarna sejak seabad yang lampau. Pada waktu itu James Clerk Maxwell dari Skotlandia mendemonstrasikan bahwa foto berwarna dapat dibuat dengan meme­cah suatu benda menjadi tiga warna utama – merah, hijau dan biru – dengan penapis. Sayang bahwa sistemnya membutuhkan tiga foto tersendiri yang masing-masing mengung­kap satu warna. Baru pada tahun 1904 orang menemukan suatu sistem warna yang teran­dalkan, dan hanya menggunakan satu kame­ra. Ini tercapai di Perancis oleh Lumiere ber­saudara dengan proses yang mereka sebut au­tokrom. Rahasianya adalah di dalam “film” mereka berupa suatu pelat kaca yang dilapisi butir mikroskopik tepung, yang masing-ma­sing diwarnai merah, hijau atau biru. Gagas­an memasukkan partikel warna yang berla­in-lainan ke dalam film itu sendiri masih te­tap diikuti orang sampai zaman sekarang ini.

Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.

Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).

Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:

By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).

Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.

Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak.

Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa.

Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”

Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.

Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.

Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.


Read More..